Friday, December 30, 2005

Manakah Ilmu Kedokteran dan manakah Dokter?

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberikan kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahawa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu dikumpulkan.”
(Al-Anfal: 24)

Manakah Ilmu Kedokteran dan manakah Dokter?

Ada seseorang pernah berkata kepada Nabi SAW, “Aku adalah orang yang dapat mengobati.” Maka beliau bersabda,
“Allahlah yang dapat mengobati. Yang lebih tepatnya, engkau adalah rafiq (pendamping), sedangkan yang mengobati adalah yang menciptakannya.”
As-Silsilah Ash-Shahihah, 1537. Al-Albany menshahihkannya. Diriwayatkan Abu Daud, 3674 dan Ahmad, 16843.

Ilmu Kedokteran dan penyembuhan termasuk salah-satu sebab kesembuhan. Sementara kita diwajibkan untuk mengambil sebab. Sebab penyembuhan yang paling agung dan akurat adalah berasal dari wahyu langit, yaitu pengobatan ala-Nabi yang mulia, Ath-Thibbun-Nabawy Asy-Syarif.
Pengobatan harus didasarkan kepada Aqidah Islam. Dengan kata lain, bahwa Allah yang menguasai alam ini, bahwa di Tangan-Nyalah terdapat kesembuhan, bahwa Dialah yang memberikan kesembuhan atau menahannya bagi manusia.


Ibrahim Alaihis-Salam berkata, “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.”
(Asy-Syu’ara’:80).

Beliau menetapkan dan menegaskan satu hakikat dan aqidah yang tidak boleh lepas dari hati orang Muslim.

Ath-Thibb An Nabawy (Pengobatan ala-Nabi)

Ibnu- Qayyim berkata, “Pengobatan ala- Nabi tidak seperti layaknya pengobatan para ahli medis. Pengobatan ala-Nabi dapat diyakini dan bersifat pasti, bernuansa Ilahy, berasal dari wahyu dan misykat nubuwah serta kesempurnaan akhlak. Sementara pengobatan lainnya lebih banyak bersifat praduga, kira-kira dan berdasarkan eksperimen.
Lain halnya dengan pengobatan ala- Nabi, yang keefektifannya langsung diterima, disertai dengan keyakinan akan kesembuhannya dan kesempurnaan penerimaannya berdasarkan iman dan kepasrahan.

Al-Quran menjadi kesembuhan bagi penyakit di dalam dada, jika tidak diterima dengan cara itu, maka ia tidak akan menyembuhkan penyakit di dalam dada.

Nabi SAW Menjelaskan Obat Kepada Orang Lain

Penjelasan Nabi SAW tentang obat di hadapan orang yang sakit, berdasarkan wahyu yang beliau terima.



Firman Allah,
“Dan tiadalah yan diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”
(An-Najm:3-4)

Pengobatan ala-Nabi tiada lain merupakan wahyu yang berasal dari Ath-Thabib Azza wa Jalla, disampaikan kepada Al- Habib Nabi SAW

Ibnul Qayyim berkata, “Membandingkan pengobatan para pakar pengobatan dengan pengobatan Rasul Allah SAW, sama dengan membandingkan pengobatan orang-orang yang lemah dengan pengobatan mereka. Para pemuka mereka pun sudah mengakui hal ini. Pengetahuan yang mereka miliki tentang pengobatan, ada yang berkata bahwa itu merupakan analogi, eksperimen, ilham, mimpi atau perkiraan yang kebetulan tepat.

Mana mungkin hal ini dapat disejajarkan dengan wahyu yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dengan disertai penjelasan tentang hal-hal yang bermanafaat dan bermudharat? Membandingkan ilmu yang mereka miliki dengan wahyu ini, sama dengan membandingkan ilmu yang mereka miliki dengan apa yang disampaikan para nabi. Bahkan di sana ada obat-obat yang berasal dari penjelasan wahyu, yang memberikan pengaruh positif terhadap kesembuhan, yang tidak dapat disamai ilmu dokter yang paling pakar sekalipun, tidak pula disamai analogi dan eksperimennya. Kami sudah pernah mencoba hal ini, juga teman-teman kami, yang ternyata memberikan pengaruh yang tidak dapat dicapai obat-obatan macam apa pun.
Ath-Thibb An-Nabawy, hal 11-12.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home